Aku pernah menatapmu dengan begitu dalam,
tatapan yang kau artikan seteduh belaian embun,
tentang rintik derai hujan yang reda berganti pelangi,
kau juga melukisku dengan keindahan bunga tanjung,
kau abadikan pada kanvas juga lembaran catatan hati.
Maafkan untuk musimku yang selalu bergegas lekas,
membiarkan boulevard kita sunyi,
menerbangkan asa ke angkasa mimpi,...
Jangan imani aku,...
ikrarmu pada pemilik Arasy sungguh membuatku malu,
aku tak seindah lengkung indah warna pelangi.
Aku hanya ilalang kecil di tepi savana,
yang mudah tertiup angin,
meliuk kemana badai gurun mengepung.
Bukan aku yang membakar sajak kecilmu,
aku hanya berjalan dan mungkin tenggelam,
dalam taman cakrawalaku.
Aku pergi bukan untuk menerbangkan rindumu menjadi abu,
aku hanya ingin berhenti menjadi semu dalam lingkup langitmu...
heummmm,sarapan apa tadi pagi mbk??ciamik poemsnya ^^
ReplyDeletesedih bacanya T,T komen bakc y
ReplyDeleteMaaak, sekarang hatiku yang rontok :)
ReplyDeleteiya mak
DeleteHadeuh........
ReplyDeletemenyapa mu,..
ReplyDeletetentang sunyi yg terkadang sulit aku mengerti, seperti diam dalam seribu bahasa.,..
walau tak menjadi apa apa, tetapi dari sunyi lah aku mengerti bahwa kekuatan diam itu perlahan tercipta...
nice,.. salam langit.
Puisinya mba irma selalu bagus, walopun kadang otak aku gak sampe nerjemahin maksudnya hahahaaa....
ReplyDeletesalam kenal...
ReplyDeletepuisi yang bagus kata2nya.. tentang kesedihan ya...
izin pasang logo KEB ya,,, trims
salam kenal. keren mak tulisan-tulisannya. :)
ReplyDelete